|
Taken by : Ghufran Zulqisthi |
"Dhil, ayo gelem ora melu neng Bromo?"
Kira-kira begitulah ajakan ketiga teman saya, Ghufran, Dhanang, dan Kiki. Tiga lelaki (semoga masih bisa disebut laki-laki) yang kerap "menyiksa" saya secara mental ketika hidup sebulan di Pare. Tanpa pikir panjang saya langsung mengiyakan ajakan mereka. Perjalanan ini sebenarnya sudah cukup lama, hampir 2 tahun yang lalu. Namun keindahan Bromo tentu tak lekang oleh waktu kan? Bahkan perjalanan menuju gunung yang terletak di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ini masih terekam jelas dalam ingatan. Berangkat pukul 22.00 dari Pare, Kediri beranggotakan 15 orang dengan menyewa elf kami siap menuju gunung yang berada wilayah timur Pulau Jawa itu.
Berburu Matahari Terbit
Pukul 03.00 dini hari kami tiba dan sudah siap diangkut oleh pick up, bukan mobil hardtop (sejenis jeep). Maklum wisata ini murah meriah cukup membayar Rp 80.000/orang makanya jangan membayangkan naik mobil jeep. Pick up-pun ternyata sangat seru. Udara pagi terasa menusuk tulang namun keindahan alam yang saya saksikan di depan mata mampu membuat berdecak kagum hingga tidak terlalu memikirkan udara dingin pagi itu. Kami menuju pos pantau Gunung Penanjakan untuk melihat sunrise. Pemandangan yang eksotis terhampar di depan mata. Barisan pegunungan yang terdiri dari Gunung Batok (2.470 mdpl), Bromo (2.392 mdpl), Widodaren (2.650 mdpl), serta Semeru (3.676 mdpl) berjejer begitu mempesona. Setelah puas kami melanjutkan perjalanan menuju kawah Gunung Bromo.
The Sea of Sand Hingga Bromo
Bromo yang dalam
Bahasa Sansekerta berarti
Brahma salah satu dari dewa utama umat Hindu. Untuk mencapai kaki gunung ini tidak dapat menggunakan
kendaraan, namun bisa memilih berjalan kaki ataupun menyewa kuda dengan harga berkisar Rp 70.000 - Rp 100.000. Kami menyusuri Segara Wedi atau disebut juga
The Sea of Sand. Di lautan pasir itu ada sebuah pura Hindu bernama Pura
Luhur Poten. Pura ini adalah pura utama tempat warga suku Tengger
melalukan ritual keagamaan mereka termasuk upacara Yadnya Kasada yang
bisa berlangsung selama sebulan penuh. Dari kaki gunung fenomenal itu, kami harus melanjutkan perjalanan dengan menaiki anak tangga untuk dapat melihat
kawah Gunung Bromo. Sesampainya di puncak Bromo, kepulan asap terlihat jelas, yang tak kalah indahnya adalah pemandangan dari puncak, terlihat lautan pasir dengan pura di tengah-tengahnya. Inilah perjalanan singkat menggapai Bromo. Perjalanan yang memberikan banyak kisah, pengalaman, dan kerabat baru.
“We live in a wonderful world that is full of beauty, charm and
adventure. There is no end to the adventures we can have if only we seek
them with our eyes open.” ― Jawaharal Nehru
|
Menikmati matahari terbit dari Penanjakan |
|
|
|
|
"The Famous Sunrise" |
|
Sunrise pagi itu............ |
|
The Sea of Sand. Perjalanan menuju puncak. Ayooooo! |
|
Pemandangan dari pos pantau Gunung Penanjakan. Berjejer Gunung Batok, Bromo, Widodaren, dan Semeru. Speechless. |
|
Para pasukan dari Pare |
No comments:
Post a Comment