Kerinduan akan lanskap yang memukau, keramahan khas masyarakat timur, dan
aktivitas di Bumi Cenderawasih membawa jemari saya mengetik tulisan ini.
|
Gunung Grasberg terletak di kawasan pertambangan tembaga di Tembagapura, Papua. |
Yaklep, semakin hari semakin nakal saja di sekolah, padahal dia su
kelas 3 SMP mau ke SMU, tapi dia pung malas saja minta ampun. Satu kali
Yaklep tra pi sekolah, dan esok harinya ibu guru marah dan tanya.
Ibu Guru : " Yaklep, kenapa kemarin ko tra masuk sekolah?"
Yaklep dengan enteng dia jawab : "Sa sakit Ibu."
Ibu Guru : "Ko ini baru kenapa ko tra kirim surat?"
Yaklep: "Percuma saja nanti ibu juga tra mungkin balas mo."
Itulah salah satu MOP, humor khas Papua yang sering mengundang tawa. Kebiasaan menceritakan mop inilah yang terus berkembang di masyarakat setempat. Tak hanya mop, begitu banyak hal yang membuat kerinduan akan Tembagapura, Papua tak ada habisnya.
***
Apa saja yang kamu rindukan dari Tembagapura? Jawabannya : Banyaaaak!
Pegunungan yang berjajar dengan indah, pepohonan tinggi menjulang, sejuknya udara tanpa polusi, kicauan burung serta
ijo royo-royonya hutan Papua adalah hal yang biasa aku nikmati setiap hari. Beberapa foto dibawah ini yang diambil dari blog
Aris Febriantara mungkin bisa menggambarkan seperti apa Tembagapura.
|
Tembagapura terlihat dari atas. |
|
|
|
|
Perjalanan menuju kawasan pertambangan. |
|
Jalan dari Timika menuju Tembagapura jika ditempuh melalui darat. |
***
"Dhila, ayo bisnya udah dateng lho", ujar Gia dari kejauhan. Setiap pagi Gia dan Corazon, tetanggaku di Rainbow Ridge, selalu
ngampiri untuk berangkat sekolah dengan bis sekolah yang disediakan. Tiga tahun aku menjalani pendidikan di SMP Yayasan Pendidikan Jayawijaya Tembagapura, sekolah yang muridnya berasal dari Sabang hingga Merauke. Beragam budaya dan watak aku temui di sini.
Sebelum kelulusan kami membentuk angkatan dengan nama Passmuyrs. Passmuys adalah singkatan dari kata
Passikola Sing Mambaen Usuha U Tung Yuki no Eternal yang berarti pelajar yang menciptakan kehangatan di tengah salju abadi. Foto Passmuyrs saat ke Grasberg masih aku simpan sampai saat ini.
|
Passmuyrs! |
|
Saat di kawasan Grasberg bersama truck 797 B |
|
Salah satu daerah dekat Grasberg Overlook Manado di ketinggian 4.249 mdpl. |
|
Sore hari di Grasberg. |
***
Keramahan khas masyarakat timur menjadi salah satu hal yang berkesan. Ada sebuah cerita yang sampai sekarang masih aku ingat. Suatu sore ibuku (aku memanggilnya umi) bercerita sepulang dari Pasar Timika mengenai obrolan dengan pedagang ikan.
Umi : "Mama, kenapa jual ikan dan karaka sedikit saja?"
Penjual ikan : "Iyo kita tangkap sedikit ini."
Umi : "Kenapa mama tidak tangkap banyak, nanti bisa jual terus dapat banyak uang mo."
Penjual ikan : "Kita tangkap seperlunya, kalo berlebihan nanti kita pu alam marah,
Tuhan tidak suka kita jadi serakah to?"
(*Mama : sebutan akrab khas masyarakat Papua kepada perempuan)
Melimpahnya kekayaan alam di Papua tidak menjadikan masyarakat setempat menjadi rakus. Mereka paham benar bagaimana kita sebagai manusia harus melestarikan alam, bersyukur dengan tidak serakah mengeruk seluruh sumber daya alam yang ada. Hal kecil yang sering diabaikan oleh banyak orang saat ini. Lalu apakah kita sudah berbuat hal serupa? Atau hanya sekedar sok menjadi aktivis namun tidak paham esensi menjaga alam dan lingkungan?
From every step we've been through, there are footsteps to
learn about. Marischka Prudence
|
Seperti kutipan film Denias : "Senandung Negeri Di Atas Awan" |
No comments:
Post a Comment